Oleh: Mahmud Sutramitajaya)*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus dijalankan dan dioptimalkan pemerintah sebagai upaya nyata untuk meningkatkan kesejahteraan gizi masyarakat Indonesia, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia. Program ini hadir sebagai jawaban atas tantangan akses pangan bergizi yang selama ini masih menjadi persoalan di berbagai daerah.
Sebagai salah satu program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, MBG dirancang agar terus berkembang sesuai kebutuhan masyarakat. Dalam implementasinya, pelaksanaan MBG dikoordinasikan langsung oleh Badan Ketahanan Gizi (BGN) yang berkomitmen memastikan program berjalan efektif, berkelanjutan, dan menjangkau masyarakat hingga pelosok daerah.
Komitmen pemerintah untuk melaksanakan dan mengoptimalkan MBG pun mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Anggota Komisi IX DPR, Ratna Juwita Sari, mengatakan bahwa program ini merupakan bukti kepedulian nyata pemerintah dalam menjawab persoalan gizi yang masih membelit banyak keluarga Indonesia. Dengan MBG, negara hadir mendampingi rakyat melalui penyediaan makanan bergizi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan, terutama bagi generasi penerus bangsa.
Keberlanjutan program ini tidak hanya ditunjukkan melalui distribusi makanan bergizi secara rutin, tetapi juga melalui upaya memperkuat peran masyarakat dalam pelaksanaannya. MBG membuka peluang kerja baru bagi anak-anak muda yang belum memiliki pekerjaan untuk bergabung sebagai tim dapur MBG. Dengan begitu, program ini menjadi solusi yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga memberdayakan.
Dalam setiap sosialisasi, seperti yang dilakukan di Balai Keratun, Pemerintah Provinsi Lampung, Ratna Juwita Sari terus mendorong masyarakat untuk memanfaatkan program MBG sebaik mungkin. Sosialisasi masif dilakukan agar masyarakat tahu bagaimana program ini bekerja, siapa saja yang berhak menerima, serta bagaimana kontribusi masyarakat dapat mengoptimalkan keberlangsungan MBG.
Sementara itu, Analis Kebijakan Ahli Madya/Pejabat Pengadaan Staf Pim Waka BGN, Ari Yulianto, mengatakan bahwa program MBG memberikan dampak ganda, yaitu menjawab kebutuhan gizi masyarakat sekaligus menjadi motor penggerak perekonomian lokal. Dalam pelaksanaannya, MBG melibatkan pedagang, petani, peternak, dan pelaku usaha kecil sebagai pemasok bahan pangan untuk dapur MBG.
Ari Yulianto optimistis bahwa upaya optimalisasi MBG akan semakin memperkokoh ketahanan gizi sekaligus ketahanan pangan nasional. Dengan pola yang semakin matang, MBG diyakini akan terus menjangkau lebih banyak penerima manfaat, memicu pergerakan ekonomi lokal, serta mendukung Indonesia untuk mencetak generasi yang lebih sehat, kuat, dan produktif.
Dengan rantai pasok yang memberdayakan usaha lokal, MBG dioptimalkan untuk mendukung perputaran ekonomi hingga ke pelosok desa. Sayuran segar, telur, daging, dan beragam bahan pangan lain diprioritaskan dibeli dari petani dan peternak lokal. Selain menjamin kesegaran dan kualitas, pola ini juga menambah pendapatan masyarakat desa, memperkuat ketahanan pangan, serta mendukung visi pemerintah menuju swasembada pangan.
Seiring berjalannya waktu, pemerintah melalui BGN terus melakukan evaluasi dan pembaruan di lapangan agar program semakin tepat sasaran. MBG dirancang adaptif, menyesuaikan potensi pangan lokal di setiap daerah. Di kawasan pesisir, misalnya, program memanfaatkan hasil tangkapan laut sebagai sumber protein. Sementara di dataran tinggi, dapur MBG mengolah hasil perkebunan dan hortikultura setempat.
Di berbagai daerah, dapur MBG pun menjadi tempat belajar bagi masyarakat untuk memahami pentingnya gizi seimbang. Setiap menu makanan disusun berdasarkan kebutuhan gizi yang disesuaikan dengan kondisi penerima manfaat, terutama ibu hamil yang memerlukan asupan nutrisi lebih tinggi. Dengan penyusunan menu yang terukur, MBG dioptimalkan agar benar-benar membantu menekan risiko stunting, anemia, dan masalah kekurangan gizi lainnya.
Program ini juga mendidik para ibu rumah tangga mengenai cara menyiapkan makanan bergizi di rumah dengan bahan pangan lokal. Harapannya, edukasi ini membangun kebiasaan baik yang berkelanjutan meskipun di luar jam distribusi MBG. Dengan demikian, keluarga di desa maupun kota diharapkan lebih mandiri dalam menerapkan pola makan sehat.
Pelaksanaan MBG yang terus dilanjutkan dan dioptimalkan ini juga terbukti membuka lapangan kerja baru. Anak-anak muda, ibu rumah tangga, hingga pelaku UMKM dapat terlibat dalam pengelolaan dapur MBG. Mereka dilatih agar dapur berjalan profesional dengan standar kebersihan dan distribusi yang baik. Pemerintah memastikan setiap dapur MBG memiliki kapasitas memadai agar dapat melayani penerima manfaat secara merata.
Untuk memperluas dampak, pemerintah juga menggandeng swasta, komunitas lokal, hingga organisasi kemasyarakatan agar terlibat mendukung program ini. Sinergi lintas sektor ini menjadi kunci keberhasilan MBG, sehingga target gizi seimbang bisa tercapai, dan roda ekonomi daerah ikut bergerak.
Program MBG membuktikan bahwa urusan pangan bergizi adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah berkomitmen tidak hanya melaksanakan, tetapi juga terus mengoptimalkan kebijakan ini agar benar-benar menjadi solusi jangka panjang. Dengan dukungan masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah daerah, MBG diharapkan dapat menjadi tonggak penting dalam membangun bangsa yang maju, mandiri, dan berdaya saing.
Lewat MBG, Indonesia menatap masa depan dengan optimisme bahwa generasi penerus akan tumbuh sehat, cerdas, dan siap menghadapi tantangan global. Pemerintah pun memastikan langkah optimalisasi terus dijalankan agar manfaatnya semakin luas dan dirasakan secara adil oleh seluruh rakyat Indonesia, dari kota hingga pelosok desa.
)* Penulis adalah mahasiswa Jakarta tinggal di Lampung