Pemerintah Berikan Bansos untuk Perkuat Ekonomi Yang Lebih Merata

oleh -1 Dilihat
oleh
banner 468x60

Jakarta, Pemerintah terus mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang merata dengan menyalurkan berbagai bantuan sosial (bansos) sebagai bagian dari strategi fiskal yang inklusif. Berbagai program dirancang untuk memperkuat daya beli masyarakat, melindungi kelompok rentan, dan menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal kedua tahun 2025. Bantuan ini bukan semata-mata pengeluaran, melainkan bentuk investasi jangka panjang demi kemakmuran bersama.

Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Arief Anshory Yusuf, mengungkapkan bahwa pemberian bansos harus dipandang sebagai bentuk investasi jangka panjang.

banner 336x280

“Orang sering mengistilahkan bansos itu sebagai biaya, padahal itu adalah investasi. Tujuannya adalah agar kita bisa meraih pertumbuhan di masa depan, atau langsung mendorong pertumbuhan saat ini,” ujar Arief.

Ia menekankan bahwa kebijakan bantuan sosial saat ini sudah sejalan dengan arah pembangunan yang tertuang dalam Astacita Presiden Prabowo Subianto, yang menempatkan kesejahteraan masyarakat sebagai prioritas utama.

Di sisi fiskal, Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menjelaskan bahwa pemerintah telah menetapkan anggaran yang cukup besar dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

“Sebesar Rp503,2 triliun atau 13,9 persen dari total APBN tahun 2025 sebesar Rp3.621,3 triliun dialokasikan untuk perlindungan sosial, dan enam persen atau Rp218,5 triliun disiapkan untuk sektor kesehatan,” terangnya.

Febrio menjelaskan detail dari paket stimulus ekonomi yang digulirkan pada triwulan kedua dengan anggaran keseluruhan sebesar Rp24,4 triliun. Dalam paket tersebut, pemerintah memberikan berbagai insentif langsung kepada masyarakat, termasuk diskon transportasi sebesar Rp0,94 triliun, diskon tarif tol Rp0,65 triliun, penebalan bansos Rp11,93 triliun, bantuan subsidi upah (BSU) Rp10,72 triliun, serta perpanjangan diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar Rp0,2 triliun.

“Dengan paket ini, kami berharap daya beli masyarakat tetap terjaga dan pertumbuhan ekonomi kuartal II bisa terdorong,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyebut bahwa penyaluran BSU tahap pertama telah menjangkau 2.450.068 pekerja dari total sasaran sebanyak 3.697.836 orang. Pemerintah memastikan bantuan ini dapat diterima secara tepat waktu dan tepat sasaran.

“Penyaluran BSU tahap pertama telah dilakukan, dan sisanya masih dalam proses pencairan langsung ke rekening penerima,” ucap Yassierli.

Untuk tahap kedua, sebanyak 4,5 juta calon penerima sedang dalam proses verifikasi data oleh instansi terkait. Program BSU ini tak hanya menyasar pekerja sektor formal, tetapi juga mencakup kelompok rentan seperti guru honorer.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan komitmen pemerintah dalam mengucurkan dana melalui APBN untuk mendukung pelaksanaan BSU tahun ini.

“Bantuan ini menyasar para pekerja termasuk guru honorer dengan penghasilan di bawah Rp3,5 juta atau di bawah standar upah minimum di provinsi maupun kabupaten/kota,” ujar Sri Mulyani.

Dengan pendekatan yang terstruktur dan menyeluruh, pemerintah menunjukkan komitmen nyata dalam memperkuat landasan ekonomi yang lebih adil dan merata. Bantuan sosial diposisikan bukan hanya sebagai belanja negara, melainkan sebagai investasi jangka panjang demi terciptanya kesejahteraan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.