Mengutuk Kekejaman OPM dan Mengapresiasi Ketegasan Aparat Keamanan Menjaga Papua

oleh -1 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh : Yonas Pigai )*

Rentetan aksi brutal yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali mengguncang rasa aman masyarakat Papua, terutama dengan terjadinya insiden penembakan di Bandara Bilorai, Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, pada Rabu (23/7). Empat kali tembakan yang dilepaskan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dari arah terminal lama bandara merupakan bentuk nyata terorisme domestik yang tak bisa ditoleransi. Tindakan itu bukan hanya upaya menciptakan kekacauan, tetapi juga merupakan ancaman terhadap kedaulatan negara dan keselamatan rakyat sipil. Seluruh elemen bangsa perlu berdiri tegak, bersuara bulat mengecam kekejaman OPM, serta memberikan apresiasi penuh kepada aparat keamanan yang terus menjaga stabilitas di Bumi Cenderawasih.

banner 336x280

Brigjen Polisi Faizal Ramadhani, Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz, menegaskan bahwa saat insiden terjadi, personel gabungan dari Polres Intan Jaya dan Kopasgat TNI telah berada di lokasi dan langsung merespons dengan tindakan cepat dan terukur. Respons sigap tersebut berhasil mencegah jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan fasilitas strategis. Dua pelaku yang diyakini bagian dari KKB kabur ke arah hutan sambil membawa senjata api. Ini menjadi bukti nyata bahwa aparat keamanan bekerja tanpa henti dalam menjaga situasi tetap kondusif di wilayah yang selama ini rawan gangguan bersenjata.

Aksi teror OPM bukan sekadar bentuk pelanggaran hukum, tetapi juga pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Upaya membenturkan ideologi separatisme dengan senjata api, kekerasan, dan ancaman terhadap masyarakat sipil merupakan tindakan biadab yang harus dikutuk oleh seluruh rakyat Indonesia. Tidak ada ruang bagi pembenaran atas segala bentuk teror yang dilakukan atas nama apa pun. Serangan terhadap bandara, tempat yang seharusnya menjadi pusat mobilitas warga dan distribusi logistik, menunjukkan betapa OPM secara terang-terangan menginginkan kekacauan dan ketakutan.

Menanggapi eskalasi ancaman tersebut, Brigjen Polisi Faizal Ramadhani menyampaikan bahwa Satgas Damai Cartenz akan terus memperkuat pengamanan dan patroli di seluruh titik rawan di Papua. Langkah ini sangat penting untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat dan mencegah upaya-upaya teror lanjutan dari kelompok yang telah lama mencederai kedamaian di tanah Papua. Kehadiran aparat bukan hanya simbol kekuatan negara, tetapi juga wujud dari keberpihakan terhadap rakyat yang selama ini menjadi korban dari tindakan brutal OPM.

Pada hari yang sama, Satgas Damai Cartenz kembali menunjukkan kinerja gemilang dengan menangkap dua anggota OPM di Kabupaten Jayawijaya. Salah satu pelaku yang ditangkap adalah Roberth Wenda alias Kriminal Hesegem, narapidana pelarian dari Lapas Abepura yang terlibat dalam penembakan terhadap anggota Polres Jayawijaya. Penangkapan dilakukan secara profesional, melalui operasi terukur yang tidak menimbulkan korban dari pihak sipil. Ini adalah bentuk keberhasilan nyata aparat dalam menindak kejahatan bersenjata tanpa mengorbankan keselamatan masyarakat.

Kombes Pol Yusuf Sutejo, Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz, turut mengimbau masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh propaganda atau isu provokatif yang disebarkan simpatisan OPM. Ia mengajak publik agar tetap tenang, menjaga solidaritas sosial, dan mendukung penuh proses penegakan hukum yang dijalankan oleh aparat. Imbauan ini sangat relevan mengingat salah satu kekuatan OPM adalah memainkan narasi kebencian dan informasi palsu untuk memecah belah masyarakat.

Apresiasi mendalam patut diberikan kepada seluruh unsur aparat keamanan, baik dari TNI, Polri, maupun satuan tugas gabungan yang telah menunjukkan dedikasi dan keberanian luar biasa dalam menghadapi situasi yang sangat kompleks di Papua. Tidak mudah mengawal wilayah yang sarat tantangan geografis, sosial, dan politik, namun aparat tetap berdiri teguh sebagai penjaga NKRI. Ketegasan dan profesionalisme mereka bukan hanya menjaga keamanan, tetapi juga menjunjung tinggi kehormatan negara di hadapan ancaman separatisme.

Mengecam kekejaman OPM juga berarti menolak segala bentuk narasi yang mencoba memaklumi aksi kekerasan dengan alasan ideologis. Dalam sistem demokrasi dan negara hukum seperti Indonesia, setiap perbedaan pendapat harus disalurkan melalui jalur legal dan damai, bukan dengan peluru dan pembunuhan. OPM telah melampaui batas kemanusiaan, dan tindakan mereka tidak bisa lagi disebut sebagai perjuangan, tetapi sebagai kejahatan terhadap negara dan rakyatnya.

Situasi di Papua membutuhkan keberlanjutan kebijakan yang menggabungkan pendekatan keamanan dengan pembangunan sosial-ekonomi yang berkeadilan. Namun, penegakan hukum tetap menjadi pilar utama. Tanpa ketegasan aparat, ruang pembangunan dan dialog tidak akan pernah tercipta. Oleh karena itu, dukungan terhadap aparat harus terus digaungkan sebagai bagian dari komitmen bersama menjaga kedamaian dan keutuhan bangsa.

Keberhasilan Satgas Damai Cartenz dalam memburu dan menangkap anggota OPM yang selama ini buron menegaskan bahwa negara tidak akan tunduk pada tekanan kelompok separatis. Seluruh pelaku kekerasan akan terus diburu hingga ke akar-akarnya. Operasi seperti ini harus berlanjut secara konsisten, disertai penguatan intelijen dan koordinasi antarinstansi agar tidak memberi ruang sedikit pun bagi OPM untuk kembali beraksi.

Bangsa ini harus bersatu dalam satu sikap: mengecam tanpa kompromi segala bentuk kekerasan bersenjata dan memberi apresiasi sebesar-besarnya kepada aparat keamanan yang menjaga integritas wilayah dan keselamatan warga. Papua adalah bagian sah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menjaganya adalah tugas seluruh bangsa, dan memberi dukungan kepada aparat yang mempertaruhkan nyawa di garis depan adalah wujud keberpihakan pada perdamaian dan keadilan sejati.

)* Penulis merupakan Mahaswa asal Papua di Surabaya

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.