*) Oleh : Shendy Bani
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan hanya peristiwa penting bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia yang hidup dalam keberagaman agama dan budaya. Paus Fransiskus, sebagai simbol perdamaian dan persatuan, akan membawa pesan penting tentang moderasi dan toleransi beragama. Dalam menyambut kunjungan ini, masyarakat diingatkan kembali tentang pentingnya sikap toleran, yang menjadi salah satu pilar utama dalam menjaga harmoni di tengah-tengah perbedaan.
Menjelang kedatangan Paus Fransiskus, berbagai persiapan telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk memastikan bahwa kunjungan ini berlangsung dengan aman dan lancar. Keamanan dan kondusivitas selama kunjungan ini menjadi tanggung jawab bersama. Pemerintah telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat mengganggu kelancaran kunjungan ini. Namun, keberhasilan dari upaya ini tidak hanya bergantung pada pihak keamanan, tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga ketertiban dan keamanan di lingkungan masing-masing.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo mengatakan masyarakat perlu mencermati kemungkinan kepadatan lalu lintas yang timbul saat misa akbar bersama Paus Fransiskus. Terlebih, pada hari yang sama terdapat agenda kegiatan besar lainnya di Jakarta Convention Center yang berada di GBK. Yakni International Sustainability Forum (ISF) yang akan dihadiri oleh 5.000 peserta di antaranya kepala negara dan menteri dari sejumlah negara termasuk Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kelautan Peter Thomson. pihaknya telah menyiapkan rute-rute alternatif bagi masyarakat agar bisa menghindari jalan sekitar GBK pada 5 September 2024. Bagi mereka yang terbiasa menggunakan sejumlah ruas di sekitar Senayan seperti Jl Jenderal Sudirman, Gatot Subroto hingga ke Gerbang Pemuda dan Jl Asia Afrika diimbau Syafrin agar menghindari jalur-jalur tersebut.
Sementara itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin mengganggu kedamaian. Sikap toleran yang disertai dengan kewaspadaan akan menjadi kunci dalam menjaga agar suasana tetap kondusif selama kunjungan Paus Fransiskus. Dalam hal ini, peran serta masyarakat sangat diperlukan, baik dalam menjaga ketertiban umum maupun dalam memberikan sambutan yang hangat kepada Paus Fransiskus. Dengan sikap yang ramah dan terbuka, masyarakat Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan toleransi.
Masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, merasakan kebanggaan atas kedatangan Paus Fransiskus. Tidak hanya umat Katolik, tetapi seluruh rakyat Indonesia menyambut kunjungan ini dengan sukacita. Kebanggaan ini menunjukkan bahwa Indonesia diakui sebagai negara yang mampu menjaga kerukunan antarumat beragama di tengah keberagaman yang ada. Paus Fransiskus, dengan pesan-pesan damainya, membawa harapan baru bagi masyarakat Indonesia untuk terus menjaga dan merawat kerukunan yang telah terjalin dengan baik.
Dalam menyambut kunjungan ini, tokoh-tokoh agama dari berbagai latar belakang telah mengeluarkan imbauan kepada umatnya untuk menjaga kondusivitas. Imbauan ini penting untuk memastikan bahwa suasana tetap damai dan tertib, sehingga kunjungan ini dapat berlangsung dengan lancar dan memberikan dampak positif bagi seluruh rakyat Indonesia. Dukungan penuh dari para tokoh agama diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk terus menjaga sikap toleran dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya selama kunjungan Paus Fransiskus, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo mengatakan kunjungan Paus Franciskus ke Indonesia merupakan hal yang penting dalam penyebaran misi kemanusiaan. Kunjungan ini diharapkan menjadi kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menjadi agen perubahan. Kunjungan ini sangat bermakna terutama penduduk Indonesia yang terdiri dari multi etnis dan multi budaya bahasa agama besar mayoritas islam tapi menjadi negara yang relatif damai. Dalam dunia yang sering kali dilanda konflik dan ketegangan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menunjukkan bahwa perbedaan agama, budaya, dan etnis tidak harus menjadi sumber perpecahan. Sebaliknya, perbedaan tersebut dapat menjadi kekuatan yang mempersatukan, menciptakan harmoni, dan mempromosikan perdamaian.
Kunjungan ini, menurut Kardinal Suharyo, memiliki makna simbolis yang mendalam, terutama bagi masyarakat Indonesia yang hidup dalam keberagaman. Dengan kehadiran Paus Fransiskus, bangsa Indonesia diharapkan dapat lebih menyadari peran pentingnya dalam mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan perdamaian, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di tingkat global. Ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan, dan bahwa dengan kerjasama serta saling menghormati, dunia yang lebih damai dapat tercipta
Di sisi lain, kesiapan Indonesia dalam menyambut Paus Fransiskus tidak hanya terlihat dari segi pengamanan, tetapi juga dari antusiasme masyarakat yang menyambut kedatangan ini dengan sukacita. Kunjungan ini merupakan momen berharga yang dapat mempererat hubungan antarumat beragama di Indonesia dan memperkuat komitmen bangsa ini dalam menjaga nilai-nilai moderasi dan toleransi beragama. Dengan semangat kebersamaan, seluruh elemen masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam menyambut kedatangan Paus Fransiskus dengan penuh rasa hormat dan kebanggaan.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan hanya sekadar peristiwa bersejarah, tetapi juga menjadi cerminan dari kekuatan bangsa Indonesia dalam merawat keberagaman dan mewujudkan perdamaian di tengah-tengah perbedaan. Masyarakat diingatkan untuk terus menjaga sikap toleran dan moderat, yang telah menjadi kunci keberhasilan Indonesia dalam menjaga stabilitas dan harmoni di tengah keberagaman. Dengan menjaga nilai-nilai ini, Indonesia dapat terus menjadi contoh bagi dunia dalam hal moderasi dan toleransi beragama, serta menjadi negara yang damai dan harmonis bagi seluruh warganya.
*) Penulis merupakan mahasiswa yang tinggal di Kota Malang