*) Oleh : Andi Setiawan
Deradikalisasi adalah sebuah proses yang kompleks dan memakan waktu, namun hasil yang dicapai dapat membawa perubahan signifikan dalam menjaga stabilitas dan keamanan suatu negara. Indonesia, yang telah lama menghadapi tantangan ancaman dari Jamaah Islamiyah (JI), kini telah berhasil mereduksi kelompok teroris tersebut. Setelah upaya deradikalisasi yang intensif dan berkelanjutan, Jamaah Islamiyah akhirnya dapat dibubarkan.
Jamaah Islamiyah merupakan kelompok militan Islam yang didirikan pada awal 1990 an dengan tujuan mendirikan negara Islam di Asia Tenggara. Kelompok ini bertanggung jawab atas sejumlah serangan teroris besar, termasuk Bom Bali 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang. Aktivitas teror mereka tidak hanya menyebabkan kerugian jiwa dan materi, tetapi juga menciptakan ketakutan dan ketidakstabilan di masyarakat. Selama bertahun tahun, pemerintah Indonesia bersama dengan masyarakat internasional telah berupaya untuk menumpas kelompok ini melalui penangkapan, penuntutan, dan upaya deradikalisasi.
Pengamat terorisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarak mengatakan, pembubaran organisasi JI dinilai akan sangat mempengaruhi peta ancaman terorisme di tanah air. Sebab, sebagai organisasi yang dianggap cukup kokoh dari segi kelembagaan dan jumlah anggota, JI telah berhasil di bubarkan. Selama ini, JI mengubah orientasi dan strategi gerakan dengan tidak lagi melakukan aksi serangan, baik pembunuhan maupun pengeboman, tetapi dengan menyebarkan dakwah, membangun sumber daya manusia anggotanya, penguatan ekonomi, dan latihan militer. Sehingga, dengan adanya pembubaran organisasi JI ini akan meningkatkan tingkat keamanan nasional. Dengan hilangnya salah satu kelompok teroris paling berbahaya di Indonesia, ancaman serangan teroris besar berkurang. Ini memberikan rasa aman bagi masyarakat dan memungkinkan pemerintah untuk lebih fokus pada pencegahan radikalisasi dan ancaman baru yang mungkin muncul.
Pembubaran resmi Jamaah Islamiyah adalah bukti nyata keberhasilan program deradikalisasi di Indonesia. Banyak mantan anggota yang kini telah kembali ke masyarakat dan menjalani kehidupan yang damai. Mereka berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan ekonomi, membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan stabil. Keberhasilan ini juga meningkatkan citra Indonesia di mata dunia sebagai negara yang mampu mengatasi ekstremisme melalui pendekatan yang manusiawi dan berkelanjutan.
Pemerintah Indonesia memainkan peran kunci dalam keberhasilan deradikalisasi ini. Melalui koordinasi antara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan berbagai lembaga, termasuk kepolisian, TNI, dan organisasi masyarakat, untuk menjalankan program deradikalisasi. Pemerintah juga bekerja sama dengan ulama dan tokoh agama untuk memberikan pencerahan kepada para mantan ekstremis. Selain itu, dukungan dari keluarga dan masyarakat juga sangat penting dalam membantu mantan anggota teroris untuk beradaptasi dan kembali ke kehidupan normal.
Meskipun demikian, proses deradikalisasi tidak berjalan tanpa tantangan. Beberapa mantan anggota masih menghadapi stigma dari masyarakat, dan ada juga yang kesulitan menemukan pekerjaan. Selain itu, ancaman ekstremisme masih ada, dengan munculnya kelompok kelompok baru yang mencoba menyebarkan ideologi radikal. Oleh karena itu, upaya deradikalisasi harus terus dilakukan secara konsisten dan adaptif, dengan memperhatikan dinamika sosial dan politik yang terus berubah.
Staf Khusus Menteri Agama Bidang Radikalisme dan Intoleransi, Nuruzzaman mengatakan pendekatan deradikalisasi yang dilakukan Densus 88 Antiteror Polri patut diapresiasi sehingga pembubaran Al-Jamaah Al-Islamiyah atau JI bisa terjadi. Keberhasilan aparat keamanan dalam membubarkan organisasi tersebut menunjukkan ketangguhan dan dedikasi yang luar biasa dalam memerangi terorisme. Mereka menghadapi risiko besar dalam operasi penangkapan dan penggerebekan anggota JI, seringkali berhadapan dengan situasi berbahaya. Keberanian dan ketekunan mereka memastikan bahwa ancaman teroris dapat diatasi dan dihilangkan, memberikan rasa aman kepada masyarakat.
Program deradikalisasi yang dijalankan oleh BNPT dan lembaga terkait lainnya merupakan komponen penting dalam pembubaran JI. Pendekatan holistik yang mencakup pendidikan, pelatihan keterampilan, dan reintegrasi sosial membantu mantan anggota JI kembali ke masyarakat. Aparat keamanan bekerja sama dengan tokoh agama, psikolog, dan komunitas untuk memberikan dukungan yang diperlukan bagi mantan ekstremis. Keberhasilan ini menunjukkan efektivitas pendekatan manusiawi dalam memerangi ideologi radikal.
Senior advisor Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones mengatakan pembubaran tersebut sebagai “puncak dari langkah panjang menuju berakhirnya keberadaan JI sebagai organisasi terselubung, dan beroperasi secara terbuka demi kepentingan penyebaran dan pendidikan Islam. Namun, potensi munculnya kelompok kelompok baru diperkirakan akan terjadi. Tentunya beberapa orang di JI akan melihatnya sebagai pengkhianatan. Sehingga, pemerintah perlu tetap waspada pasca deklarasi Deradikalisasi ini.
Meskipun demikian, melalui pendekatan yang holistik, dukungan pemerintah, serta partisipasi aktif masyarakat, Indonesia telah menunjukkan bahwa tantangan terorisme dapat diatasi dengan cara yang manusiawi dan berkelanjutan. Namun, upaya ini harus terus berlanjut, dengan adaptasi terhadap dinamika baru dan komitmen yang kuat untuk menjaga keamanan dan stabilitas nasional. Keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi negara negara lain yang menghadapi ancaman serupa, bahwa dengan tekad dan strategi yang tepat, kedamaian dan keamanan dapat tercapai.
*) Penulis merupakan mahasiswa yang tinggal di Surabaya